Jumat, 24 September 2010

Cemburu??

Baca: 1 Korintus 13:4-7   

Cemburu adalah perasaan marah atau pahit yang muncul ketika ada orang yang kita anggap akan merebut kekasih kita.
Banyak orang mengatakan, cemburu adalah tanda cinta.
Bukankah orang menjadi cemburu karena merasa sangat memiliki dan tidak rela kehilangan kekasihnya?

Sebenarnya cemburu tidak selalu identik dengan tanda cinta.
Alkitab menyatakan kasih ... tidak cemburu (1 Korintus 13:4).
Kadang kala sikap cemburu justru menunjukkan kurangnya kasih sejati.
Mengapa demikian? Sebab rasa cemburu bisa muncul dari sikap egois.
Kita memperlakukan kekasih seperti barang milik kita.
Tanpa sadar, kita berusaha mencetaknya menjadi seperti yang kita inginkan.
Ia tidak diberi ruang untuk bebas bergerak. Kita mencurigai segala hubungannya dengan orang lain.
Kita tidak suka melihatnya bercanda dan tertawa bersama orang lain.
Kita merampas sukacita hidupnya!

Rasa cemburu kerap kali muncul dalam relasi suami istri, mertua menantu,
pemuda pemudi yang sedang berpacaran, bahkan dalam persahabatan.
Tidak jarang, hal ini bukannya membuat hubungan semakin harmonis, malah merusak dan menjauhkan kita dari sang kekasih.

Bagaimana cara menghilangkan rasa cemburu?
Surat 1 Korintus 13:7 mengatakan, Kasih ... percaya segala sesuatu.
Kasih percaya akan kesetiaan orang lain.
Kasih belajar melihat apa yang terbaik dalam diri sang kekasih, sehingga kita pun berhenti berprasangka buruk.
Jika kita memiliki kasih yang percaya, kecemburuan akan lenyap! 


Silahkan klo mau share, selamat berbagi.
Tuhan memberkati.

(disalin dari note Gereja St.Antonius Purbayan Solo)

Jumat, 17 September 2010

Sejarah Fotografi

sekarang ini fotografi lagi ngetrend di Indonesia nie.. apalagi buat foto- foto preweddingnya.. banyak orang yang ingin mengabadikan moment- moment dengan pasangannya melalui media fotografi. nah, gimana sih asal mulanya fotografi itu?? ternyata dulu fotografi ga kayak sekarang loh.. tinggal jepret, trus jadi foto gt..

Fotografi itu berasal dari bahasa Inggris: photography, yang berasal dari kata Yunani yaitu "Fos" : Cahaya dan "Grafo" : Melukis/menulis. Jadi Fotografi itu bisa diartikan sebagai media melukis atau menulis dengan cahaya. Jadi, klo tidak terdapat cahaya, maka fotografi itu tidak bisa dibuat. Nah, alat yang digunakan untuk menangkap cahaya itu dinamakan Kamera.

Dalam buku “The History of Photography” karya Alma Davenport, terbitan University of New Mexico Press tahun 1991, disebutkan bahwa pada abad ke-5 Sebelum Masehi (SM), seorang lelaki berkebangsaan Cina bernama Mo Ti sudah mengamati sebuah gejala fotografi. Apabila pada dinding ruangan yang gelap terdapat lubang kecil (pinhole), maka di bagian dalam ruang itu pemandangan yang ada di luar akan terefleksikan secara terbalik lewat lubang tadi.

Selang beberapa abad kemudian, banyak ilmuwan menyadari serta mengagumi fenomena pinhole tadi. Bahkan pada abad ke-3 SM, Aristoteles mencoba menjabarkan fenomena pinhole tadi dengan segala ide yang ia miliki, lalu memperkenalkannya kepada kyalayak ramai. Aristoteles merentangkan kulit yang diberi lubang kecil, lalu digelar di atas tanah dan memberinya jarak untuk menangkap bayangan matahari. Dalam eksperimennya itu, cahaya dapat menembus dan memantul di atas tanah sehingga gerhana matahari dapat diamati. Khalayak pun dibuat terperangah.

Selanjutnya, pada abad ke-10 Masehi, seorang ilmuwan muslim asal Irak yang bernama Ibnu Al-Haitham juga menemukan prinsip kerja kamera seperti yang ditemukan Mo Ti. Ia pun mulai meneliti berbagai ragam fenomena cahaya, termasuk sistem penglihatan manusia. Lalu, Haitham bersama muridnya, Kamal ad-Din, untuk pertama kali memperkenalkan fenomena obscura kepada orang-orang di sekelilingnya. Waktu itu, obscura yang ia maksud adalah sebuah ruangan tertutup yang di salah satu sisinya terdapat sebuah lubang kecil sehingga seberkas cahaya dapat masuk dan membuat bayangan dari benda-benda yang ada di depannya. Tak heran, pada abad ke-11 M, orang-orang Arab sudah memakainya sebagai hiburan dengan menjadikan tenda mereka sebagai kamera obscura.

Kamera Obscura
Gambaran Kamera Obscura


Kemudian kamera obscura mulai diteliti lagi oleh Leonardo da Vinci, seorang pelukis dan ilmuwan, pada akhir abad ke-15. Ia menggambar rincian sistem kerja alat yang menjadi asal muasal kata "kamera" itu dan mulai menyempurnakannya. Pada mulanya kamera ini tidak begitu diminati karena cahaya yang masuk amat sedikit, sehingga bayangan yang terbentuk pun samar-samar. Penggunaan kamera ini baru populer setelah lensa ditemukan pada tahun 1550. Dengan lensa pada kamera ini, maka cahaya yang masuk ke kamera dapat diperbanyak, dan gambar dapat dipusatkan sehingga menjadi lebih sempurna.

Pada tahun 1575, para ilmuwan berhasil membuat kamera portable yang pertama. Tapi kamera buatan yang sangat kuno ini tetap hanya bisa digunakan untuk menggambar. Lalu pada tahun 1680 lahir kamera refleks pertama yang penggunaannya juga masih untuk menggambar, tapi sudah memiliki sedikit kemajuan. Tapi, lantaran bahan baku untuk mengabadikan benda-benda yang berada di depan lensa belum ditemukan, maka kamera ini juga masih dipakai untuk mempermudah proses penggambaran benda. 

Joseph Nicephore Niepce
Joseph Nicephore Niepce


Sejarah penemuan film baru dimulai pada tahun 1826. Joseph Nicephore Niepce, seorang veteran Perancis, bereksperimen menggunakan kamera obscura dan plat logam yang dilapisi bahan aspal untuk mengabadikan gambar sebuah obyek. Setelah 8 jam mengekspos pemandangan dari jendela kamarnya melalui proses “Heliogravure”, ia berhasil melahirkan sebuah imaji yang agak kabur dan mempertahankan gambar secara permanen. Keberhasilannya itu dianggap sebagai awal dari sejarah fotografi. Gambar yang dibuat oleh Niepce itu diberi judul “View from The Window at Le Gras” dan menjadi foto pertama yang pernah ada di dunia.
Kalau nama Niepce tercatat sebagai fotografer pertama yang mengabadikan sebuah gambar, Louis J.M. Daguerre adalah orang yang pertama kali membuat foto yang di dalamnya terdapat sosok manusia. Pada foto yang diambil dari jarak jauh di tahun 1839 itu, tampak seseorang lelaki sedang berdiri dan mengangkat salah satu kaki saat sepatunya sedang dibersihkan oleh orang lain di pinggir sebuah jalan raya. Daguerre dinobatkan sebagai orang pertama yang berhasil membuat gambar permanen pada lembaran plat tembaga perak yang dilapisi larutan iodin, lalu disinari selama satu setengah jam dengan pemanas mercuri (neon). Proses ini disebut “daguerreotype”. Untuk membuat gambar permanen, pelat itu dicuci dengan larutan garam dapur dan air suling.

William Henry Talbot


Percobaan-demi percobaan terus berlanjut, sampai akhirnya William Henry Talbott dari Inggris pada 25 Januari 1839 memperkenalkan “lukisan fotografi” yang juga menggunakan kamera obscura, tapi ia membuat foto positifnya pada sehelai kertas chlorida perak. Kemudian, pada tahun yang sama Talbot menemukan cikal bakal film negatif modern yang terbuat dari lembar kertas beremulsi, yang bisa digunakan untuk mencetak foto dengan cara “contact print”. Teknik ini juga bisa digunakan untuk cetak ulang layaknya film negatif modern. Proses ini disebut Calotype yang kemudian dikembangkan menjadi Talbotypes. Untuk menghasilkan gambar positif, Talbot menggunakan proses Saltprint. Gambar dengan film negatif pertama yang dibuat Talbot pada Agustus 1835 adalah pemandangan pintu perpustakaan di rumahnya di Hacock Abbey, Wiltshire, Inggris.

Penemuan-penemuan teknologi pun semakin bermunculan seiring dengan masuknya fotografi ke dunia jurnalistik. Tapi, lantaran orang-orang jurnalistik belum bisa memasukkan foto ke dalam proses cetak, mereka menyalin foto yang ada dengan menggambarnya memakai tangan. Surat kabar pertama yang memuat gambar dengan teknik ini adalah The Daily Graphic, yakni pada 16 April 1877. Gambar berita pertama dalam surat kabar itu adalah sebuah peristiwa kebakaran.

Kemudian, ditemukanlah proses cetak “half tone” pada tahun 1880 yang memungkinkan foto dimasukkan ke dalam surat kabar. Foto paling pertama yang ada di surat kabar adalah foto tambang pengeboran minyak Shantytown yang muncul di surat kabar “New York Daily Graphic” di Amerika Serikat pada tanggal 4 Maret 1880. Foto itu adalah karya Henry J Newton.

Fotografi kemudian berkembang dengan sangat cepat. Menurut Szarkowski dalam Hartoyo (2004: 22), arsitek utama dunia fotografi modern adalah seorang pengusaha bernama George Eastman. Melalui perusahaannya yang bernama Kodak Eastman, George Eastman mengembangkan fotografi dengan menciptakan serta menjual roll film dan kamera boks yang praktis. Saat itu, dunia fotografi sudah mengenal perbaikan lensa, shutter, film, dan kertas foto. Penemuan-penemuan tersebut telah mempermudah orang mengabadikan benda-benda yang berada di depan lensa dan mereproduksinya. Dengan demikian, para fotografer, baik amatir maupun profesional, bisa menghasilkan suatu karya seni tinggi tanpa terhalang oleh keterbatasan teknologi.

George Eastman

Kodak Eastman


Pada Tahun 1900 seorang juru gambar telah menciptakan kamera Mammoth. Ukuran kamera ini amat besar. Beratnya 1,400 pon, sedangkan lensanya memiliki berat 500 pon. Untuk mengoperasikan atau memindahkannya, sang fotografer membutuhkan bantuan 15 orang. Kamera ini menggunakan film sebesar 4,5 x 8 kaki dan membutuhkan bahan kimia sebanyak 10 galon ketika memprosesnya.

Kamera mammoth



Orang paling pertama yang ada di foto sejak kamera dibuat.

Lalu, pada tahun 1950, pemakaian prisma untuk memudahkan pembidikan pada kamera Single Lens Reflex (SLR) mulai ramai. Dan di tahun yang sama, Jepang mulai memasuki dunia fotografi dengan memproduksi kamera NIKON. Di tahun 1972, kamera Polaroid yang ditemukan oleh Edwin Land mulai dipasarkan. Kamera Polaroid ini mampu menghasilkan gambar tanpa melalui proses pengembangan dan pencetakan film.

Edwin Land
Kamera polaroid Land


Kemajuan teknologi turut memacu fotografi dengan sangat cepat. Kalau dulu kamera sebesar tenda hanya bisa menghasilkan gambar yang tidak terlalu tajam, kini kamera digital yang cuma sebesar dompet mampu membuat foto yang sangat tajam dalam ukuran sebesar koran.

Sejarah Fotografi di Indonesia

Perkembangan fotografi di Indonesia selalu berkaitan dan mengalir bersama momentum sosial-politik perjalanan bangsa ini, mulai dari momentum perubahan kebijakan politik kolonial, revolusi kemerdekaan, ledakan ekonomi di awal 1980-an, sampai Reformasi 1998.

Pada tahun 1841, seorang pegawai kesehatan Belanda bernama Juriaan Munich mendapat perintah dari Kementerian Kolonial untuk mendarat di Batavia dengan membawa dauguerreotype. Munich diberi tugas mengabadikan tanaman-tanaman serta kondisi alam yang ada di Indonesia sebagai cara untuk mendapatkan informasi seputar kondisi alam. Sejak saat itu, kamera menjadi bagian dari teknologi modern yang dipakai Pemerintah Belanda untuk menjalankan kebijakan barunya. Penguasaan dan kontrol terhadap tanah jajahan tidak lagi dilakukan dengan membangun benteng pertahanan atau penempatan pasukan dan meriam, melainkan dengan cara menguasai teknologi transportasi dan komunikasi modern. Dalam kerangka ini, fotografi menjalankan fungsinya lewat pekerja administratif kolonial, pegawai pengadilan, opsir militer, dan misionaris.

Latar itulah yang menjelaskan mengapa selama 100 tahun keberadaan fotografi di Indonesia (1841-1941) penguasaan alat ini secara eksklusif ada di tangan orang Eropa, sedikit orang Cina, dan Jepang. Berdasarkan survei dan hasil riset di studio foto-foto komersial di Hindia Belanda tentang foto-foto yang ada sejak tahun 1850 hingga 1940, dari 540 studio foto di 75 kota besar dan kecil, terdapat 315 nama orang Eropa, 186 orang Cina, 45 orang Jepang, dan hanya empat orang lokal Indonesia, salah satunya adalah Kasian Cephas.

Kasian Cephas


Kasian Cephas adalah warga lokal asli. Ia dilahirkan pada tanggal 15 Februari 1844 di Yogyakarta. Cephas sebenarnya adalah asli pribumi yang kemudian diangkat sebagai anak oleh pasangan Adrianus Schalk dan Eta philipina Kreeft, lalu disekolahkan ke Belanda. Cephas-lah yang pertama kali mengenalkan dunia fotografi ke Indonesia. Meski demikian, literatur-literatur sejarah Indonesia sangat jarang menyebut namanya sebagai pribumi pertama yang berkarir sebagai fotografer profesional. Nama Kassian Cephas mulai terlacak dengan karya fotografi tertuanya buatan tahun 1875.

Dibutuhkan waktu hampir seratus tahun bagi bangsa ini untuk benar-benar mengenal dunia fotografi. Masuknya Jepang pada tahun 1942 telah menciptakan kesempatan bagi bangsa Indonesia untuk menyerap teknologi ini. Demi kebutuhan propagandanya, Jepang mulai melatih orang Indonesia menjadi fotografer untuk bekerja di kantor berita mereka, Domei. Pada saat itulah muncul nama Mendur Bersaudara. Merekalah yang membentuk imaji baru tentang bangsa Indonesia.

Mendur Bersaudara


Lewat fotografi, Mendur bersaudara berusaha menggiring mental bangsa ini menjadi bermental sama tinggi dan sederajat. Frans Mendur bersama kakaknya, Alex Mendur, juga menjadi icon bagi dunia fotografer nasional. Mereka kerap merekam peristiwa-peristiwa penting bagi negeri ini, salah satunya adalah mengabadikan detik-detik pembacaan Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia. Inilah momentum ketika fotografi benar-benar "sampai" ke Indonesia, ketika kamera berpindah tangan dan orang Indonesia mulai merepresentasikan dirinya sendiri.

* Disarikan dari berbagi sumber

edited by Tiffany O.




Kronologi perkembangan fotografi dimulai dengan: (sumber: wikipedia)


 Nah, itu dia sejarah fotografi dari pertama kali kamera ditemukan yaitu kamera lubang jarum sampai ditemukannya kamera SLR digital yang banyak dipakai oleh kita sekarang ini. Kamera lubang jarum, saat ini masi bisa kita jumpai, dengan adanya Komunitas Lubang Jarum, kita dapat mengetahui dan membuat kamera lubang jarum sendiri.

Kamis, 16 September 2010

Mulai Blogging

Kamis, 16 September 2010. hari ini pertama kali buat blog.. hehehehe..
yah, lumayan buat sharing- sharing info, dan naro portfolio di blog..
yah pertama sharing sedikit data tentang penulis dulu d...

Nama: Tiffany Octavia P
Nick Name: Panda
FB: www.facebook.com/TiffanyPandaz
email: tiffanydesign.panda@gmail.com
warna kesukaan: kuning lah
makanan kesukaan: tahu telor.. (yang blum pernah cobain kudu cobain nie makanan.. mak nyussss)
minuman kesukaan: aer putih
Universitas Tarumanagara jurusan DKV (Desain komunikasi Visual) 2007
hobi: maen game, baca buku, denger lagu, cari- cari ide konyol, FOTOGRAFI pastinya..

Sedikit tentang panda:
hmmm.. kenapa gw dipanggil panda?? g uda lupa seh.. tapi ini mulai terjadi sejak 3 SMP.. waktu pelajaran Geografi.. pas itu lagi belajar tentang flora n fauna china.. trus tiba- tiba pas lagi ngomongin faunanya.. temen gw ada yang teriak.. "Pak, ni pandanya ada di sini.." lalu melekatlah julukan panda itu ke gw.. hahaha...
trus alasan g mempublikasikan nama panda ini, soalnya waktu orang nanya nama gw.. gw jawab Tiffany, pasti jawabannya "hah? stefani??".. "bukan.. Tiffany.. pake T.. T.. not stefani.." nah gara2 pelafalan nama gw yang susah didengar atau mungkin sulit dieja di daerah ini (saking ngetrendnya nama stefani mungkin.. n cadelnya lidah.. hahahha) maka gw memutuskan untuk mempopulerkan nama PANDA..
begitulah cerita awal mula nama julukan panda..
trus sedikit tentang gw, gw itu anaknya childish.. kata orang- orang seh, kayak anak kecil gt.. kadang manja seh.. tapi, juga mandiri.. gw ga suka bergantung sama orang lain.. klo bisa gw kerjain sendiri, gw akan kerjain sendiri. trus gw pecinta warna kuning n spongebop.. hoho.. 
gw itu punya hobi foto.. g lebih suka foto makhluk hidup khususnya manusia.. model, human interest gitu d..
so, boleh sharing- sharing tentang fotonya.. hohoho..

sekian dulu deh blog perkenalannya.. ^^
ntar lanjut dipostingan2 berikutnya..